Ternyata melipat kertas itu mempunyai seni dan arti tersembunyi, teman. Bayangkan selembar kertas, kemudian dilipat menjadi dua bagian, terlihat mudah kan?. Hanya menentukan garis tengah kemudian melipatnya menjadi dua bagian. Setelah menjalankan hal tersebut terus menerus, maka layaknya manusia, kita kehilangan konsentrasi (tidak fokus lagi), al-hasil kita menentukan sendiri garis tengah dengan perkiraan atau nalar manusia saja. Kemudian, hasil dari  liapatan kertas tersebut dikumpulkan menjadi satu. Sayang….liapatan kertas itu tidak sama satu sama lain dan menghasilkan suatu kerjaan yang berantakan. Begitu juga dengan hidup. sama halnya dengan “seni melipat kertas”. Satu persatu masalah datang dan terlihat mudah untuk “melipat” masalah tersebut. Hanya menetukan garis tengah lalu lipat dan kemudian masalah selesai. Suatu saat kita pasti ingin berbangga akan hasil pencapaian yang telah lampau, dan coba “membukukan” lipatan - lipatan kertas tersebut. Hasilnya tidak selalu sama seperti dugaan, malahan kita melihat suatu kerjaan yang berantakan. Ternyata nalar seseorang itu tidak selalu benar, yang seharusnya lurus tapi tidak selalu lurus, lurus kalau kita bilang lurus, tapi sebenarnya “menyimpang”. Ternyata untuk membuat suatu buku kehidupan, kita harus kembali menata lipatan - lipatan hidup kita dan kembali kejalan yang di tentukan “lurus” oleh-NYA….